Memaknai
Identitas Mahasiswa
Salam Pembangunan!
Saat pertama
menjajaki kehidupan kampus, ada beragam perasaan menggelayuti. Senang, bangga, dan
tertantang. Senang, karena mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan jenjang
pendidikan ke perguruan tinggi. Melanjutkan proses belajar sebagai insan
cendikia,
satu kesempatan
yang tidak dirasakan oleh mereka yang tidak mendapatkan kesempatan yang sama.
Bangga, karena
berhasil bersaing dengan ribuan calon mahasiswa yang juga menginginkan hal yang sama yakni diterima di perguruan tinggi negeri. Tertantang, karena sadar bahwa saya telah memasuki tahap baru dari perkembangan diri. Identitas baru pun kini melekat dalam diri saya: mahasiswa.
berhasil bersaing dengan ribuan calon mahasiswa yang juga menginginkan hal yang sama yakni diterima di perguruan tinggi negeri. Tertantang, karena sadar bahwa saya telah memasuki tahap baru dari perkembangan diri. Identitas baru pun kini melekat dalam diri saya: mahasiswa.
Menjadi mahasiswa
tidaklah sepenuhnya menjadi kebanggan, sebagian lain adalah
tantangan. Ada nilai-nilai
luhur yang turut membentuk istilah itu. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian
ke empat pasal 19, Mahasiswa adalah sebuah sebutan akademis untuk siswa/murid yang telah
sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Kata “Maha”
berarti tinggi, paling, sementara “Siswa” berarti pelajar,
subjek (bukan objek) pembelajaran. Begitu singkatnya bila diartikan secara
harfiah. Sehingga dalam pengertian dari segi bahasa, Mahasiswa lebih kurang
bearti pelajar yang tinggi (dalam hal ilmu) atau pelajar yang telah mencapai
jenjang pendidikan tinggi (Universitas). Dari sebuah
pendefinisian sederhana ini dapat dijelaskan bahwa sebenarnya menjadi mahasiswa
adalah menjadi pelajar yang tinggi dalam hal ilmu, peran, dan kemudian
berakumulasi pada tingginya tanggung jawab yang diemban.
Pemaknaan mahasiswa menjadi penting untuk dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri. Secara umum, mahasiswa memiliki tiga peran pokok yakni: (1) peran moral, (2) peran sosial, dan (3) peran intelektual. Pertama, peran moral adalah bahwa mahasiswa memiliki hak untuk menentukan sendiri kehidupannya. Disinilah dituntut rasa tanggung jawab kepada diri sendiri atas konsekuensi dari apa yang telah menjadi pilihannya. Kedua, peran sosial adalah bahwa segala perilaku dan tindakan yang dilakukan mahasiswa tentu memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Maka selain pada diri sendiri, mahasiswa juga dituntut untuk mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada lingkungan masyarakat sekitar. Terakhir, peran intelektual adalah bahwa mahasiswa sebagai insan cendikia dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmunya ke dalam kehidupan masyarakat secara nyata.
Mahasiswa kerap pula digadang-gadangkan sebagai agen perubahan (agent of social change). Tentu saja bukan atribut tanpa makna. Gelar yang disandang mahasiswa ini membawa konsekuensi serius dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa –dalam perspektif masyarakat– adalah kaum terdidik yang mampu menjadi motorik (penggagas sekaligus penggerak) perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Maka dengan demikian, pengharapan masyarakat akan kontribusi nyata mahasiswa begitu besar. Ini kemudian menjadi pertanyaan, sejauh mana kita (sebagai mahasiswa) berperan serta dalam upaya penyelenggaraan perubahan sosial masyarakat? Pertanyaan yang hanya dapat dijawab oleh masing-masing penyandang gelar itu sendiri.
Menyoal kontribusi mahasiswa dalam masyarakat, mahasiswa mengenal apa yang disebut sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pembelajaran memang menjadi konsekuensi logis dari seorang pelajar. Sementara penelitian dilakukan untuk melengkapi proses pembelajaran itu sendiri. Sedangkan pengabdian masyarakat adalah akumulasi dari proses pembelajaran dan penelitian yang bersifat aplikatif
Proses belajar diantara sekat ruang kuliah saja dirasa tidak cukup mampu untuk menggali besarnya potensi mahasiswa. Perlu pengembangan potensi diri diluar ranah akademis yang disebut dengan soft skill. Keberadaan organisasi kampus menjadi penting untuk menunjang pengembangan kemampuan non-akademis mahasiswa. Berorganisasi dapat disama-artikan dengan belajar mengasah kemampuan kepekaan terhadap sekitar dan meningkatkan kepedulian dengan sesama sebagai bagian dari masyarakat yang terintegritas. Banyak hal yang didapat dari organisasi. Melalui keikutsertaan dalam organisasi, mahasiswa (secara bersama-sama) melakukan eksplorasi potensi baik dalam hal kepemimpinan, publick speaking, kerja sama, dan banyak hal positif lain yang membantu mahasiswa untuk lebih siap terjun dalam masyarakat. Kelak, mahasiswa benar-benar mampu menjadi senyatanya agen perubahan sosial yang aktif dan kontributif baik dalam tindakan maupun pemikiran.
Entah seperti apa perasaan kawan-kawan saat ini. Mungkin bangga, senang, atau apapun itu, yang pasti identitas mahasiswa dengan segala peran dan tanggung jawabnya telah melekat pada diri kita. Pahami peran dan Tanggung jawab sebagai mahasiswa, bersiaplah untuk turut ambil bagian sebagai penggagas dan penggerak perubahan dengan segenap ilmu yang diperoleh, baik hard skill maupun soft skill.
Pada akhirnya, saya mengibaratkan mahasiswa adalah sebuah telur. Apakah embrio dalam sebuah telur tadi akan mampu berkembang dan kemudian menetas atau justru mandek, mengalami stagnansi, dan tetap terbungkus rapat dalam cangkang hingga akhirnya membusuk? Semua ditentukan dari proses kehidupan mahasiswa itu sendiri, dari awal hingga lulus nanti. Jangan hanya terkekang oleh kegiatan akademis, sisihkan waktu untuk berorganisasi dan menetaslah! Salam luar biasa dashyat dan siap menang!
PERAN FUNGSI DAN POSISI MAHASISWA
Mahasiswa dapat dikatakan sebuah
komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang
dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga
belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol,
dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme
adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran
tersebut.
Berdasarkan berbagai potensi dan
kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa
hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi
terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya
hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki
tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri
dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan
posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa
tersebut.
1. Peran Mahasiswa
1.1 Mahasiswa Sebagai
“Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa
diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak
mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya
mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak
dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir,
yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda,
oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan
kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak
dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Dalam konsep Islam sendiri, peran
pemuda sebagai generasi pengganti tersirat dalam Al-Maidah:54, yaitu pemuda
sebagai pengganti generasi yang sudah rusak dan memiliki karakter mencintai dan
dicintai, lemah lembut kepada orang yang beriman, dan bersikap keras terhadap
kaum kafir.
Sejarah telah membuktikan bahwa di
tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi,
kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah
kondisi bangsa.
Lantas sekarang apa yang kita bisa
lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut
? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai
pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa
untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi
sebelumnya.
Lalu kenapa harus Iron Stock ?? Bukan Golden Stock saja, kan lebih bagus dan mahal ??
Mungkin didasarkan atas sifat besi itu sendiri yang akan berkarat dalam jangka
waktu lama, sehingga diperlukanlah penggantian dengan besi-besi baru yang lebih
bagus dan kokoh. Hal itu sesuai dengan kodrat manusia yang memiliki keterbatasan
waktu, tenaga, dan pikiran.
1.2 Mahasiswa Sebagai
“Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa
berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya
adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan
tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu
berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal
tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut
haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai
yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada
keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme,
nilai itu haruslah bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha
Mengetahui.
Selain nilai yang di atas, masih
ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang wajib dijaga oleh
mahasiswa, nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun
memang kebenaran ilmiah tersebut merupakan representasi dari kebesaran dan
keeksisan Allah, sebagai dzat yang Maha Mengetahui. Kita sebagai mahasiswa
harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak ilmiah yang bersumber
dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya harus kita terapkan dan jaga
di masyarakat.
Pemikiran Guardian of Value yang berkembang
selama ini hanyalah sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada sebelumya, atau
menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, kesigapan, dan lain sebagainya.
Hal itu tidaklah salah, namun apakah sesederhana itu nilai yang harus mahasiswa
jaga ? Lantas apa hubungannya nilai-nilai tersebut dengan watak ilmu yang
seharusnya dimiliki oleh mahasiswa ? Oleh karena itu saya berpendapat bahwa Guardian of Value adalah penyampai,
dan penjaga nilai-nilai kebenaran mutlak dimana nilai-nilai tersebut diperoleh
berdasarkan watak ilmu yang dimiliki mahasiswa itu sendiri. Watak ilmu sendiri
adalah selalu mencari kebanaran ilmiah.
Penjelasan Guardian of Value hanya sebagai
penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan yaitu bilamana
terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah bergeser tersebut sudah
terlanjur menjadi sebuah perimeter kebaikan di masyarakat, maka kita akan
kesulitan dalam memandang arti kebenaran nilai itu sendiri.
1.3 Mahasiswa Sebagai
“Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya adalah mahasiswa
sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa
harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita pandang
kondisi bangsa saat ini. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari
kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang
menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan
tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita
melakukan terhadap hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus
melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak
dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila
kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan
perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi
yang kita anut dan kita anggap benar.
Perubahan merupakan sebuah perintah
yang diberikan oleh Allah swt. Berdasarkan Qur’an surat Ar-Ra’d : 11, dimana
dijelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu
keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa orang
yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung,
sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin adalah orang yang
merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah perubahan yang harus kita
lakukan.
Mahasiswa adalah golongan yang
harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa
merupakan kaum yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang
status mahasiswa, dan dari
jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang
peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini. Mahasiswa-mahasiswa yang
telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak lepas tangan begitu saja. Mereka
tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah.
Merekalah yang seharusnya melakukan perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat
dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan
kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik
seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal,
mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan
menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan
selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang
mempengaruhi perubahan. Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa
mengakomodasi kedua pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang
diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal
tersebut.
Sudah jelas kenapa perubahan itu perlu
dilakukan dan kenapa pula mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam
perubahan tersebut, lantas dalam melakukan perubahan tersebut haruslah dibuat
metode yang tidak tergesa-gesa, dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu diri
sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya sampai ke ruang lingkup yang kita
harapkan, yaitu bangsa ini.
2. Fungsi Mahasiswa
Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang
diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang
- Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
- Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
- Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat
Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut,
dapat kita sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan
akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi
mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu :
memiliki sense of crisis, dan selalu
mengembangkan dirinya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan
kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini
akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu
selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu
tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi
dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Insan akademis harus selalu mengembangkan
dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi
tantangan masa depan.
Dalam hal insan akademis sebagai orang
yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa
sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai kebenaran itu
sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah
menjaga nilai kebenaran tersebut.
3. Posisi Mahasiswa
Mahasiswa dengan segala kelebihan dan
potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan
dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis,
dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan
lain sebagainya. Sehingga mahasiswa menurut saya tepat bila dikatakan memiliki
posisi diantara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke
pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas
segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan
sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat,
dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis
masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang
terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam
menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.
Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke
masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa
diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil
oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak
salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus
“menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut
agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab
mahasiswa berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat
sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat
yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak
sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan
watak ilmu yang seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang
adalah saat terjadi penaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu.
Mengenai posisi mahasiswa saat ini saya
berpendapat bahwa mahasiswa terlalu menganggap dirinya “elit” sehingga
terciptalah jurang lebar dengan masyarakat. Perjuangan-perjuangan yang
dilakukan mahasiswa kini sudah kehilangan esensinya, sehingga masyarakat sudah
tidak menganggapnya suatu harapan pembaruan lagi. Sedangkan golongan-golongan
atas seperti pengusaha, dokter, dsb. Merasa sudah tidak ada lagi kesamaan
gerakan. Perjuangan mahasiswa kini sudah berdiri sendiri dan tidak lagi “satu
nafas” bersama rakyat.
UNTUK TUHAN, BANGSA, DAN
ALMAMATER
Ya Tuhan satukan kami dalam ikatan yang Engkau Ridloi
ReinaisaN
MAHASISWA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
MAHASISWA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIALMoh ihsan kudhori
Disampaikan dalam OPAK 2010 STAIN Ponorogo
Sedikit melirik siapa diri kita “mahasiswa” ?
Pengertian Mahasiswa adalah bagian kelompok masyarakat yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan formal. Kelompok ini sering juga disebut sebagai “Golongan intelektual muda” yang penuh bakat dan potensi dan dedikasi. Posisi yang demikian ini sudah barang tentu bersifat sementara karena kelak di kemudian hari mereka tidak lagi mahasiswa dan mereka justru menjadi pelaku-pelaku dalam kehidupan masyarakat.
sejauh ini Peran mahasiswa senantiasa diwarnai oleh situasi politik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Secara ideal biasanya memerankan diri sebagai “Oposan” yang kritis sekaligus konstruktif terhadap ketimpangan sosial dan kebijakan politik, ekonomi. Mereka sangat tidak toleran dengan penyimpangan apapun bentuknya dan nurani mereka yang masih relatif bersih dengan sangat mudah tersentuh sesuatu yang seharusnya tidak terjadi namun ternyata itu terjadi atau dilakukan oknum atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Pantas saja jika mahasiswa sebagai calon pemimpin dan penerus perjuangan masa depan ditantang untuk memperlihatkan kemampuan untuk memerankan peran itu. Jika gagal akan berdampak negatif pada masyarakat yang di pimpinnya; demikian pula sebaliknya. Dalam perubahan sosial yang dasyat saat ini, mahasiswa sering dihadapkan pada kenyataan yang membingungkan dan dilematis. Suatu pilihan yang teramat sulit harus ditentukan, apakah ia terjun dalam arus perubahan sekaligus mencoba mengarahkan dan mengendalikan arah perubahan itu; ataukah sekedar menjadi pengamat dan penonton dari perubahan atau mungkin justru menjdi korban obyek sasaran dari perubahan yang dikendalikan oleh kelompok lain. Mahasiswa yang mewarnai perubahan social atau justru mahasiswa di warnai perubahan social.
Dari kenyataan diatas,mahasiswa memiliki posisi yang sangat berat namun sangat strategis dan sangat menentukan .berat bagi mereka yang pesimis terhadaap perubahan, strategis bagi mereka yamg mampu memerankan peran-peran sosial, Bukan zamannya lagi untuk sekedar menjadi pelaku pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi;tetapi harus mewarnai perubahan tersebut dengan warna masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut adalah benar-benar masyarkat yang adil dan makmur.
secara garis besar mahasiswa mempunyai tiga tanggung jawab social di bawah ini:
1. mahasiswa bertanggungjawab sebagai “pelaku ” bagian dari masyarakat
Pengertiannya adalah mahasiswa harus langsung terjun ke masyarakat untuk mengetahui realitas permasalahan dan kebutuhan masyarakat, kemudian bersama dengan masyarakat mencoba untuk menyelesaikan dan memenuhinya.
1. mahasiwa bertanggungjawab sebagai perantara
Asumsinya adalah mahasiswa menjadi perantara masyarakat yang miskin akses dan informasi dengan cara mengases program pemerintah serta mensosialisasikan program-program pemerintah dan juga segaligus sebagai pengontrol segala bentuk kebijakan dan jika terjadi penyimpangan yang dilakuakan pelaku pembuat kebijakan.
1. mahasiswa bertanggungjawab sebagai agen of change
Kenapa dikatakan Pemuda/Mahasiswa Sebagai Agent Of Change karena Pemuda/Mahasiswa dapat berfungsi sebagai bagian dari masyarakat yang mampu mendorong, memotivasi, dan mempelopori terjadinya pembaharuan.
Selain itu, Pemuda/Mahasiswa juga sebagai bagian dari Masyarakat yang dinilai memiliki intlektual dan memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan Masyarakat pada umumnya karena lingkungan yang berbeda.
Sedangkan agent dapat diterjemahkan sebagai perantara atau perwakilan dari suatu Institusi/Lembaga. Sebagai Agent Of Change dapat dikatakan pula sebagai actor perantara atau perwakilan dari proses perubahan pada Masayarakat kearah yang lebih baik
Saat ini sebagian besar Mahasiswa hanya bergerak pada peran provokator saja, yang cenderung sudah tidak terlalu membuat perubahan yang berarti. Banyaknya aksi yang dipelopori oleh mahasiswa ternyata tidaklah membawa sebuah perubahan signifikan, bahkan terkesan arogan dan tidak menyentuh pada aspek yang lebih substansi.
Apa yang salah dengan hal tersebut. Tanggung jawab mahasiswa sebagai obat bagi masyarakat pun terlaksana hanya ketika ada program dari rektorat seperti Kuliah Kerja Mahasiswa, sisanya adalah kesibukan mahasiswa sendiri tanpa sebuah tujuan yang berarti.
Mahasiswa sebagai perantara program pemerintah juga wajib dipertanyakan. Selain dari kebijakan pemerintah yang tidak mendukung hal tersebut, ini juga disebabkan dari nilai tawar mahasiswa sendiri yang tidak pernah naik dalam segi kebutuhan pemerintah, sehingga wajar kita akan menjadi seperti mati di lumbung sendiri.
Menjadi “mahasiswa“ jangan pernah ragu, KERAGUAN hanya bisa di hilangkan dengan TINDAKAN.
etiap manusia didalam kehidupannya pasti memiliki hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri maupun orang lain. Itu semua merupakan tanggungjawab setiap manusia
untuk didalam lingkungan agama dan sosial atau bermasyarakat.
Pengertian Tanggung
Jawab
1.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia
(KBBI), tanggungjawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Tanggung jawab timbul karena telah diterima wewenang. Tanggung jawab juga
membentuk suatu hubungan tertentu antara pemberi wewenang dan penerima
wewenang. Jadi tanggung jawab seimbang dengan wewenang.
2. Menurut WJS. Poerwodarminto, tanggungjawab adalah
sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibalas dan
sebagainya.
3. Menurut pribadi, tanggungjawab adalah sesuatu
kewajiban atau keharusan yang harus dilaksanakan dan didalam kewajiban tersebut
didasri oleh kesadaran setiap manusia dalam melaksanakannya.
Tanggung jawab merupakan sifat yang mendasar
dalam diri manusia. Setiap individu memiliki sifat tanggung jawab. Tanggung
jawab akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat.
Tanggung jawab pun akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya
setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menuntut
rasa kepedulian dan tanggung jawab. Sedangkan jika orang tersebut memiliki
sifat yang kurang baik, maka ia akan melalaikan segala tanggungjawabnya
terhadap apapun dan orang tersebut disebut orang yang tidak bertanggungjawab
atau masa bodo.
Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung
jawab masing-masing individu berbeda. Tanggung jawab mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan perasaan, karena perasaan dan hati setiap manusia mempunyai
pengaruh yang besar dalam mengarahkan sikap manusia dalam menuju hal positif.
Beberapa Macam
Tanggung Jawab
a.
Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Tanggung jawab setiap individu berbeda-beda,
setiap manusia memiliki tanggungjawab kepada dirinya sendiri dengan memiliki
kesadaran untuk memenuhi segala kewajibannya.
Contoh : Seorang mahasiswa dituntut atau
berkewajiban pada setiap semester memiliki IP yang sangat memuaskan, misalnya
diatas 3. Mahasiswa tersebut akan bertanggung jawab dengan belajar yang giat
untuk mendapatkan hasil yang maksimal mungkin, sehingga ia pun dapat naik
ketingkat selanjutnya.
b.
Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat yang kecil
terdiri dari ayah, ibu dan anak. Didalam keluarga terdapat kewajiban atau
tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh tiap anggota keluarga. Tanggung
jawab ini berhubungan dengan nama baik keluarga tersebut, bukan hanya itu
tetapi menyangkut kesejahteraan, pendidikan, keselamatan dan kehidupan. Contoh
: Seorang ayah memiliki tanggung jawab kepada keluarganya yaitu menafkahi istri
dan anaknya tersebut dengan berkerja keras pagi hingga malam dengan tidak
mengenal lelah.
c.
Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk
social yang selalu memerlukan orang lain didalam kehidupannya.Dengan demikian
manusia harus melakukan komunikasi dengan orang lain. Sehingga manusia
meempunyai tanggung jawab kepada masyarakat yang lain untuk melangsungkan
kehidupannya.
d.
Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara
Tiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap
bangsa/negaranya masing-masing, karena kita merupakan warga Negara yang harus
mematuhi peraturan yang berlaku di Negara kita sendiri. Jika kita melanggar
kita akan mendapatkan sanksi atau hukuman yang telah kita lakukan.
e.
Tanggung jawab terhadap Tuhan
Manusia di dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa, untuk itu sebagai manusia yang baik kita harus melaksanakan perintah
dari Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Karena kita sebagai manusia mempunyai
tanggung jawab didalam kehidupan. Jika kita tidak melaksanakannya maka kita
akan mendapat hukuman dari Tuhan baik di dunia ini maupun di akhir dunia atau
akhirat.
Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang
berani menanggung semua resiko atas segala hal yang menjadi tanggung jawabnya.
Orang tersebut dapat jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain,
adil, bijaksana, tidak pengecut dan mandiri. Orang yang bertanggung jawab dapat
memperoleh kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya dengan baik.
Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya sendiri ataupun oleh orang
lain atau banyak. Sebaliknya orang yang tidak bertanggung jawab akan
menghadapai berbagai kesulitan, sebab ia tidak melaksanakan kewajibannya dengan
baik dan tentunya tidak mengikuti aturan, norma serta nilai-nilai yang berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar